Mengenal Upacara Sekatenan, Sejarah dan Makna Prosesinya
Bagi Anda yang bertempat tinggal di daerah Yogyakarta dan Solo, tentu saja sudah tidak asing dengan upacara adat yang bernama Sekaten atau Sekatenan. Ya, setiap tahunnya upacara ini selalu berhasil menarik minat dari para wisatawan dari berbagai daerah.
Lalu sebenarnya apa itu Sekaten dan bagaimana awal mulanya? Tidak perlu basa basi lagi, mari kita bahas beberapa informasi terkait Upacara Sekatenan yang rutin diadakan setahun sekali di Yogyakarta dan juga Solo.
Sekatenan (sumber: kotajogja.com)
Apa Itu Sekatenan?
Sekatenan atau Upacara Sekaten merupakan acara tahunan yang selalu diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta dan Keraton Solo. Tujuan utama diadakan Sekaten ini, yaitu adalah memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Di Yogyakarta sendiri, Sekaten ini digelar setiap tanggal 5 Rabi'ul Awal hingga 11 Rabi'ul Awal. Kemudian pada tanggal 12 Rabi'ul Awal, Sekaten akan ditutup dengan acara grebegan. Sekaten ini adalah tradisi yang sudah dijaga dan dilestarikan secara turun temurun.
Jadi tidak heran jika masyarakat Yogyakarta serta Solo selalu memiliki antusias yang tinggi dalam menyambut perayaan tradisi tersebut. Tidak hanya masyarakat sekitar, bahkan wisatawan dari luar daerah pun banyak yang berdatangan saat Sekaten berlangsung.
Sejarah Singkat Sekaten
Upacara adat yang satu ini, sudah berlangsung sejak abad ke-15 Masehi. Awalnya Sekaten diadakan oleh raja-raja di tanah Hindu setiap tahunnya, dengan tujuan untuk memberikan sesaji atau selamatan kepada para leluhur.
Dalam perkembangannya, Sunan Kalijaga yang merupakan seorang Walisongo di Jawa Tengah menggunakan perayaan Sekaten ini untuk menyebarkan agama Islam. Ya, penyebaran agama Islam tersebut dilakukan melalui perantara kesenian gamelan.
Hal ini dilakukan karena pada saat itu, masyarakat di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta memang gemar menonton pertunjukan seni gamelan. Sehingga untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Sekaten tidak menggunakan rebana, namun tetap gamelan hingga saat ini.
Upacara Sekaten (sumber: hyarta.com)
Kegiatan dalam Upacara Sekaten
Biasanya acara Sekaten ini akan diselenggarakan dengan kegiatan pasar malam yang diadakan selama satu bulan penuh. Pagelaran Sekaten ini dilakukan dengan memainkan gamelan yang diarak menuju ke masjid.
Sampai akhirnya gamelan dikembalikan lagi sebagai tanda jika Sekaten sudah berakhir. Setelah itu, acara akan dilanjut dengan acara Tumpak wajik dan juga Grebeg Maulud. Nah, berikut penjelasan dari acara Tumpak wajik dan Grebeg Maulud.
Tumpak wajik
Tumpak wajik adalah upacara adat dengan koteka atau permainan lagu yang diiringi dengan bunyian kentongan sebagai tanda pembuatan gunungan. Gunungan ini yang nantinya akan diarak dalam acara upacara Grebeg Maulud.
Lagu-lagu yang dimainkan saat acara ini berlangsung adalah lagu-lagu daerah Jawa, seperti Tudhung Setan, Owal Awil, Lompong Keli, dan lain sebagainya. Tumpak wajib dilakukan di halaman Istana Magangan pukul 4 sore dua hari sebelum Grebeg Mulud.
Grebeg Maulud
Grebeg Maulud menjadi puncak dari acara Sekaten yang diadakan tanggal 12 Rabi'ul Awal. Tradisi yang satu ini, adalah grebeg gunungan yang dibuat dari buah-buahan, beras ketan, sayuran, dan berbagai bahan makanan lainnya.
Gunungan tersebut akan dibawa ke Masjid Agung dari Istana Kemandungan untuk didoakan. Setelah itu, gunungan ini akan dibagikan ke masyarakat yang datang ke acara Sekaten. Ya, gunungan ini melambangkan akan kesejahteraan dari Kerajaan Mataram.
Nah, setelah Anda selesai menikmati kemeriahan acara Sekatenan di Jogja, jangan lupa untuk membeli oleh-oleh dari Kota Pelajar ini. Tidak usah bingung, Anda bisa menjadikan Bakpia Kukus Tugu Jogja sebagai oleh-oleh makanan khas kekinian yang tidak akan ditemukan di daerah lain.