Sejarah Rasa Manis pada Masakan Jawa Tengah
Bagi kamu yang sering berlibur ke Jawa Tengah dari daerah lain pasti merasakan perbedaan rasa makanan jawa tengah yang cita rasa makanan gurihnya lebih terasa lebih manis daripada makanan gurih pada biasanya. Ciri khas ini mempunyai sejarah panjang yang berawal dari masa penjajahan dimana ada tanam paksa yang diberlakukan kepada masyarakat Jogja, Solo dan daerah Jawa Tengah lainnya.
Tanam paksa yang dilakukan kolonial Belanda ini mempunyai strategi untuk mengeksplorasi Tanah Jawa dan mencari komoditas yang akan laku di pasar dunia. Pada saat itu terdapat 5 komoditas pangan yang di eksplorasi di Jawa yaitu kopi, tebu, teh, gula pasir, tapioka dan kina. Kina ditanam di Jawa Barat pada abad ke-17 sampai 18. Setelahnya tapioka dan teh menjadi komoditas yang cocok ditanam di tanah Jawa Barat. Mencoba kopi, Jawa Barat ternyata tidak cocok dan menghasilkan biji kopi dengan kualitas kurang baik, sampai akhirnya berpindah lalu ditemukan tanah Jawa Timur menghasilkan biji kopi terbaik. Dari eksplorasi inilah ditemukan juga bahwa tanah Jawa Barat tidak menghasilkan kualitas tebu yang baik dan tanah Jawa Tengah lebih cocok, menjadikan Jawa Tengah daerah utama penghasil tebu yang menghasilkan gula pasir dan sebagian suplai dibagi ke Jawa Timur. Produksi gula di Jawa Tengah ini dinilai memiliki kualitas terbaik dan membuat petani di daerah Jawa Tengah pada saat itu diwajibkan memiliki kebun tebu. Fenomena ini membuat warga Jawa Tengah berlimpah akan suplai gula dan membuatnya mudah di akses, pada abad ke-18 sampai awal abad ke-19 sekitar kawasan Jogja dan Solo saja terdapat 17 pabrik gula, ini yang membuat masyarakat Jawa Tengah memanfaatkan gula sebagai bumbu masakan. Sampai saat ini telah menjadi kebiasaan turun temurun dan budaya untuk masakan Jawa Tengah menggunakan gula menciptakan cita rasa yang lebih manis daripada masakan pada umumnya.