Selain Ki Hajar Dewantara, Ini 15 Pahlawan Nasional yang dari Yogyakarta
Dalam waktu dekat, Indonesia akan kembali memperingati Hari Ulang Tahun kemerdekaannya. Kemerdekaan yang kita nikmati saat ini tak terlepas dari perjuangan dan pengorbanan besar para pahlawan nasional yang tidak kenal lelah dan pantang menyerah.
Para pahlawan ini telah menunjukkan keberanian dan keteguhan hati dalam merebut kemerdekaan Indonesia tercinta dari cengkeraman penjajah. Mereka tidak hanya mengorbankan harta benda, namun juga jiwa dan raga demi cita-cita bangsa.
Pahlawan Nasional Asal Jogja (sumber: wikipedia)
Dalam upaya merebut kemerdekaan, pahlawan-pahlawan dari berbagai daerah harus bersatu dan bekerja sama agar pengorbanan mereka tidak sia-sia. Salah satu daerah yang telah melahirkan banyak pahlawan nasional adalah Yogyakarta.
15 Pahlawan Nasional Asal Yogyakarta
Berikut adalah beberapa pahlawan nasional dari Yogyakarta yang telah memberikan kontribusi besar dalam sejarah perjuangan bangsa:
Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara (sumber: wikipedia)
Ki Hajar Dewantara, yang bernama kecil Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, berasal dari keluarga keraton Yogyakarta. Lahir pada 2 Mei 1889 dan meninggal di Yogyakarta pada 28 April 1959. Beliau menempuh pendidikan di ELS dan STOVIA Jakarta, kemudian menjadi seorang wartawan dan aktif di Budi Utomo.
Pada tanggal 25 Desember 1912, Ki Hajar Dewantara mendirikan Indische Partij dan pada 3 Juli 1922, Perguruan Nasional Taman Siswa. Ia juga turut membentuk komite Bumiputera pada tahun 1913 dan Pusat Tenaga Rakyat pada tahun 1943. Ki Hajar Dewantoro dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia dan pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Pada tanggal 28 November 1959, beliau diangkat sebagai pahlawan nasional dari Yogyakarta.
Surjopranoto
Surjopranoto (sumber: ikpni.or.id)
Surjopranoto adalah kakak dari Ki Hajar Dewantara dan putra sulung dari KPA Suryaningrat serta cucu dari Paku Alam III. Bernama kecil Iskandar, lahir di Yogyakarta pada 11 Januari 1871 dan wafat di Cimahi pada 15 Oktober 1959. Meskipun secara keturunan berhak menjadi putra mahkota, ayahnya tidak dapat naik tahta karena menderita penyakit mata yang menyebabkan kebutaan. Surjopranoto diangkat sebagai pahlawan nasional dari Yogyakarta pada tanggal 30 November 1959.
Abdul Rahman Saleh
Abdul Rahman Saleh (sumber: wikipedia)
Abdul Rahman Saleh lahir pada tahun 1909 dan meninggal pada tahun 1947, berasal dari Yogyakarta. Ia merupakan tokoh perintis dalam Angkatan Udara, namun nasib tragis menimpanya ketika membawa keperluan medis dan ditembak oleh pasukan Belanda. Namanya akan selalu dikenang sebagai salah satu pahlawan nasional dari Yogyakarta.
Agustinus Adisucipto
Agustinus Adisucipto (sumber: civitas book)
Agustinus Adisucipto juga merupakan tokoh perintis dalam Angkatan Udara. Beliau mendirikan Sekolah Penerbang di Yogyakarta pada tanggal 15 November 1945, yang kemudian menjadi Bandara Adisutjipto yang kita kenal sekarang. Agustinus Adisucipto bersekolah di GHS atau Sekolah Tinggi Kedokteran dan juga sekolah penerbang Militaire Luchtvaart di Kalijati, Subang.
Lahir pada tahun 1916 dan meninggal pada tahun 1947, Agustinus Adisucipto tewas karena tertembak oleh pasukan Belanda saat membawa keperluan medis dalam misi penerobosan blokade udara Belanda di India. Pengabdiannya untuk bangsa membuatnya diangkat sebagai pahlawan nasional dari Yogyakarta pada tanggal 9 November 1974.
Kiai Haji Ahmad Dahlan
Kiai Haji Ahmad Dahlan (sumber: muhmmadiyah)
Kiai Haji Ahmad Dahlan merupakan seorang pemimpin umat Islam di Jawa dan juga pendiri organisasi Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912. Lahir di Yogyakarta pada tahun 1868 dan wafat pada tahun 1923 dengan nama kecil Muhammad Darwis. Beliau adalah keturunan ke-12 dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang wali terkemuka dari Wali Songo yang memainkan peran penting dalam penyebaran dan pengembangan agama Islam di Jawa. Pada tanggal 27 Desember 1961, Kiai Haji Ahmad Dahlan diangkat sebagai pahlawan nasional dari Yogyakarta.
Nyai Ahmad Dahlan
Nyai Ahmad Dahlan (sumber: aisyiah)
Nyai Ahmad Dahlan, yang bernama asli Siti Walidah, merupakan istri dari Kyai Ahmad Dahlan. Lahir di Kauman, Yogyakarta pada tahun 1872 dan wafat pada 31 Mei 1946. Ia aktif dalam gerakan Muhammadiyah dan Aisyiyah serta berjuang untuk persamaan hak antara perempuan dan laki-laki. Nyai Ahmad Dahlan mendirikan asrama untuk pelajar putri, mendorong peran aktif wanita dalam pergerakan nasional, dan menyebarkan Muhammadiyah ke berbagai daerah melalui dakwah. Pada tanggal 22 September 1971, beliau diangkat sebagai pahlawan nasional wanita Indonesia.
Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro (sumber: ikpni)
Pangeran Diponegoro, yang memiliki nama lain Bendoro Raden Mas Ontowiryo, lahir di Yogyakarta pada 11 November 1785 dan wafat di Makassar pada 18 Januari 1855. Ia adalah putra sulung dari Hamengkubuwono III, seorang raja Mataram, dan ibu kandungnya berasal dari Pacitan. Diponegoro memimpin perang sabil bersama tokoh agama Surakarta, Kyai Maja. Setelah tertangkap dalam sayembara berhadiah 50 gulden Belanda, Diponegoro diasingkan dan dipenjarakan di berbagai tempat, termasuk Makassar. Pada tanggal 3 November 2006, beliau diangkat sebagai pahlawan nasional dari Yogyakarta.
Fachruddin
Fachruddin (sumber: wikipedia)
Fachruddin, atau dikenal juga sebagai Muhammad Jazuli, lahir di Yogyakarta pada tahun 1890 dan wafat pada tahun 1929. Beliau merupakan pejuang kemerdekaan Indonesia dan tokoh Muhammadiyah. Fachruddin tidak mengenyam pendidikan formal, namun belajar agama dari ayahnya dan beberapa ulama di Jawa Tengah. Pada tahun 1921, beliau diutus selama 8 tahun untuk menyelidiki nasib jemaah haji asal Indonesia yang seringkali diperlakukan tidak baik oleh pejabat Mekah. Ia juga mempelopori pembentukan Badan Penolong Haji. Fachruddin diangkat sebagai pahlawan nasional dari Yogyakarta pada tanggal 26 Juni 1964.
Brigjen TNI Anm. Katamso
Brigjen TNI Anm. Katamso (sumber: jogjaprov)
Brigjen TNI Anm. Katamso lahir di Sragen pada tanggal 5 Februari 1923 dan meninggal di Yogyakarta pada tanggal 1 Oktober 1965. Ia merupakan anggota PETA (Pembela Tanah Air), dan aktif dalam menumpas berbagai pemberontakan, termasuk peristiwa Batalyon 426 di Jawa Tengah dan PRRI di Sumatera Barat. Tragedi G30 S/PKI menewaskan Brigjen TNI Anm. Katamso, dan pada tanggal 19 Oktober 1965, beliau diangkat sebagai pahlawan revolusi. Kontribusinya dalam menjaga keamanan dan stabilitas negara selalu diingat dan dihargai.
Kol. Inf. Anm Sugiono
Kol. Inf. Anm Sugiono (sumber: sindo news)
Kol. Inf. Anm Sugiono juga merupakan korban dari peristiwa G30 S/PKI. Lahir di Gedaren, Gunung Kidul pada tanggal 12 Agustus 1926 dan meninggal di Kentungan, Yogyakarta pada tanggal 1 Oktober 1965 saat berusia 39 tahun. Pada tanggal 19 Oktober 1965, beliau diangkat sebagai pahlawan revolusi sebagai penghargaan atas jasa-jasanya dalam mengabdi untuk bangsa dan negara. Sejarah peristiwa G30 S/PKI dan jasa-jasa pahlawan-pahlawan seperti Kol. Inf. Anm Sugiono selalu menjadi bagian penting dalam memahami perjalanan bangsa Indonesia.
Wahidin Sudirohusodo
Wahidin Sudirohusodo (sumber: rumah juara)
Wahidin Sudirohusodo lahir di Mlati, Yogyakarta pada tanggal 7 Januari 1852 dan wafat pada tanggal 26 Mei 1917. Beliau adalah pelopor pendirian organisasi yang didirikan oleh para pelajar bernama School tot Opleiding van Inlandsche Artsen di Jakarta, serta seorang dokter lulusan STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen).
Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci pembebasan dari penjajahan, dan rakyat harus diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah. Wahidin Sudirohusodo juga sering memberikan pengobatan secara cuma-cuma kepada masyarakat. Gagasan dan perjuangannya mendorong pendidikan dan mengangkat martabat bangsa menjadi landasan lahirnya organisasi Budi Utomo.
Sultan Agung Anyokrokusumo
Sultan Agung Anyokrokusumo (sumber: ikpni)
Sultan Agung Anyokrokusumo, yang bernama asli Raden Mas Jatmika atau Raden Mas Rangsang, merupakan putra dari Prabu Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati. Ayahnya adalah Raja Kedua Mataram, sementara ibunya adalah putri Pangeran Benawa, Raja Pajang. Lahir pada tahun 1593 di Kesultanan Mataram, tepatnya di Kotagede. Beliau adalah Sultan Mataram ketiga yang berkuasa dari tahun 1613 hingga 1645.
Kepemimpinannya berhasil menjadikan Mataram sebagai kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara pada masa itu. Sebelum meninggal, Sultan Agung Anyokrokusumo membangun Astana Imogiri sebagai tempat pemakaman keluarga raja-raja Mataram dan menuliskan serat Sastra Gending sebagai panduan hidup bagi trah Mataram. Putranya, Raden Mas Sayidin, menggantikannya sebagai raja berikutnya dengan gelar Amangkurat I.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Sri Sultan Hamengkubuwono IX (sumber: kompasiana)
Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang bernama lahir Bendoro Raden Mas Dorojatun, dilahirkan di Ngasem Yogyakarta pada tanggal 12 April 1912 dan wafat di Amerika Serikat pada tanggal 2 Oktober 1988. Beliau merupakan putra dari Sultan Hamengkubuwono VIII dan RA. Kustilah. Ia mendapatkan pendidikan di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) dan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) Yogyakarta.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjabat sebagai Gubernur DI Yogyakarta dari 17 Agustus 1945 hingga meninggal dunia. Selain itu, beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri Negara dalam Kabinet Syahrir III (1946-1947), serta dalam kabinet-kabinet Amir Syarifuddin I dan II dari 1947 hingga 1948. Ia juga menjabat beberapa jabatan menteri lainnya. Pengabdian dan jasa-jasanya bagi bangsa dan negara membuatnya diangkat sebagai pahlawan nasional pada tanggal 30 Juli 1990 sebagai penghormatan atas kontribusinya yang luar biasa.
Sri Sultan Hamengkubuwono I
Sri Sultan Hamengkubuwono I (sumber: wikipedia)
Sri Sultan Hamengkubuwono I, yang lahir di Kartasura pada tanggal 6 Agustus 1717 dan meninggal di Yogyakarta pada tanggal 24 Maret 1792, memiliki nama asli Raden Mas Sujana dengan gelar Pangeran Mangkubumi. Beliau adalah putra dari Amangkurat IV, raja Kasunanan Surakarta, dan selir bernama Mas Ayu Tejawati. Keturunan dari Brawijaya V dari pihak ayah dan ibu.
Pada tahun 1755, Perjanjian Giyanti mengakui Mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwana I, dan disepakati pembagian Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Pada bulan April 1755, Mangkubumi memutuskan untuk membuka Hutan Pabringan sebagai ibu kota kerajaan, yang kemudian dikenal sebagai Kesultanan Yogyakarta. Beliau menjadi raja pertama Kesultanan Yogyakarta. Pengabdiannya yang besar untuk bangsa dan peran pentingnya dalam sejarah Mataram membuatnya diangkat sebagai pahlawan nasional sejak tanggal 3 November 2006.
Ki Bagus Hadikusumo
Ki Bagus Hadikusumo (sumber: ikpni)
Ki Bagus Hadikusumo, yang lahir di Kampung Kauman Yogyakarta pada tahun 1890 dan wafat pada tahun 1954, merupakan tokoh yang berjasa dalam perjalanan sejarah bangsa. Beliau menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah dari tahun 1942 hingga 1953, anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), serta salah satu perwakilan Muhammadiyah dalam perumusan Mukadimah UUD 1945.
Ki Bagus Hadikusumo juga berperan dalam menyusun Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dan menjadi anggota DPR mewakili partai Masyumi. Pengabdian dan perjuangannya dalam bidang politik dan sosial sangat berarti bagi Muhammadiyah dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Pengangkatan beliau sebagai pahlawan nasional dari Yogyakarta dikukuhkan pada tanggal 4 November 2015, sebagai bentuk penghargaan atas dedikasinya yang tak tergantikan.
Itu dia 15 pahlawan nasional asal Jogja. Saat mengunjungi Jogja, selain menikmati keindahan alam dan destinasi wisata yang menakjubkan, jangan lupa untuk merasakan kenikmatan Bakpia Kukus Tugu Jogja. Semoga bermanfaat lur :)