Tak Hanya Keris, Ini 10 Senjata Tradisional Khas Yogyakarta yang Wajib Dilestarikan
Indonesia, dengan keanekaragaman budaya, adat, dan tradisi yang membingungkan, melahirkan sejumlah senjata tradisional yang memiliki nilai sejarah yang dalam. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki warisan senjata tradisional yang kaya dan bervariasi.
Meskipun keris mungkin yang paling dikenal sebagai senjata tradisional DIY, sebenarnya DIY memiliki berbagai jenis senjata tradisional yang mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai beragam senjata tradisional yang dimiliki oleh DIY, termasuk di antaranya keris, tombak, patrem, wedhung, condroso, cangah, cangkol, badhil, thulup, dan pintheng.
Keris
Keris, senjata tajam melengkung yang penuh dengan simbolisme dan keindahan, adalah salah satu senjata terkenal dalam tradisi DIY. Di antara keris-keris pusaka Kraton Yogyakarta yang menduduki tempat terpenting adalah "Kanjeng Kyai Ageng Kopek". Keris ini hanya boleh dikenakan oleh sultan sendiri dan melambangkan perannya sebagai pemimpin rohani dan duniawi. Menurut tradisi, keris ini dibuat pada masa kerajaan Demak dan pernah dimiliki oleh Sunan Kalijaga. Di samping itu, ada keris lain yang memiliki peran penting dalam hierarki kraton DIY, seperti "Kangjeng Kyai Joko Piturun" yang hanya boleh dikenakan oleh putra mahkota, "Kangjeng Kyai Toyatinaban" yang dikenakan oleh Gusti Pangeran Harya Hangabehi, putra tertua Sultan, dan "Kangjeng Kyai Purboniat" yang hanya boleh dikenakan oleh patih Danureja.
Keris Jogja (sumber: kompas)
Tombak
Tombak, senjata tajam beruas yang digunakan dalam pertempuran, memiliki beragam jenis di kraton Yogyakarta. Bentuk mata tombaknya bervariasi, ada yang bercabang tiga, beberapa seperti kudi, ada yang seperti cakra, dan ada yang berbentuk konvensional. Dalam sejarah kraton Yogyakarta, terdapat tombak yang sangat dihormati, seperti "Kangjeng Kyai Ageng Plered". Tombak ini sudah ada dalam lingkungan kraton Mataram-Islam sejak masa pemerintahan Panembahan Senopati.
Jenis-jenis tombak yang pernah dikenal dalam tradisi Kraton Yogyakarta termasuk:
Tumbak: Senjata panjang dengan ujung yang terbuat dari besi atau baja tajam, dengan panjang sekitar dua meter.
Tumbak Larakan: Tombak panjang sekitar 2,5-3 meter yang diangkut dengan cara dilarak.
Talempak: Tombak pendek, sekitar 1,5 meter.
Trisula: Tombak panjang dengan tiga mata tajam.
Canggah: Tombak panjang sekitar 3 meter dengan dua mata tajam yang melengkung.
Lawung: Tombak tumpul yang digunakan hanya untuk latihan perang.
Patrem
Dalam bahasa Jawa baku, istilah "Patrem" digunakan untuk merujuk pada keris dengan bilah berukuran kecil, yang dapat berbentuk lurus atau melengkung. Beberapa Patrem memiliki hiasan yang menggambarkan naga, singa, atau kikik. Patrem dapat diidentifikasi dengan mudah berdasarkan panjangnya, sekitar rentang dari ibu jari hingga jari kelingking, atau sekitar 20 cm. Fungsi Patrem mirip dengan keris, digunakan untuk menyerang musuh dalam jarak yang sangat dekat.
Wedhung
Senjata tradisional Wedhung adalah pisau besar yang memiliki kemiripan dengan keris. Akan tetapi, ukurannya lebih besar dan bentuknya khas. Satu perbedaan penting adalah cara pemakaian Wedhung, di mana senjata ini diselipkan di depan tubuh, sedangkan keris biasanya diselipkan di belakang pinggang. Selain pemakaian yang unik, Wedhung merupakan senjata ampilan yang digunakan oleh abdi dalem atau keparak dengan pangkat tertentu di kraton Yogyakarta.
Senjata tradisional ini adalah bagian penting dari warisan budaya DIY, yang mencerminkan sejarah, tradisi, dan keahlian yang diwariskan dari generasi ke generasi. Meskipun senjata-senjata ini mungkin tidak lagi digunakan dalam pertempuran modern, mereka tetap memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi. Lebih dari itu, mereka adalah bagian dari identitas dan kebanggaan masyarakat DIY.
Condroso
Condroso adalah salah satu senjata tradisional Yogyakarta yang memiliki bentuk mirip dengan tusuk konde. Meskipun sering diselipkan di antara konde, jangan menganggap sepele senjata yang unik ini. Condroso adalah senjata kecil yang berfungsi sebagai tusuk konde dan dapat menjadi senjata yang mematikan, terutama saat digunakan pada saat lawan sedang lengah.
Biasanya, Condroso digunakan oleh kaum wanita yang ditugaskan sebagai mata-mata atau telik sandi. Senjata ini diselipkan di dalam sanggul dan digunakan sebagai alat untuk membunuh lawan saat mereka tidak waspada. Condroso adalah contoh nyata dari kecerdikan dan kreativitas dalam pengembangan senjata tradisional, yang terus diwariskan melalui generasi.
Canggah
Canggah adalah senjata tradisional DIY yang berbentuk tombak tetapi memiliki dua mata tombak (dwisula). Prinsip kerja Canggah mirip dengan tombak pada umumnya, namun ciri khasnya adalah dua mata tombak yang dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda. Salah satu penggunaan utama Canggah adalah sebagai alat penjepit leher lawan.
Canggah sering digunakan dalam pertarungan jarak dekat, di mana pemiliknya dapat dengan cepat menangkap lawan dan mengunci leher mereka dengan mata tombak Canggah. Ini adalah senjata yang mematikan yang mengharuskan pemiliknya memiliki keterampilan dan keahlian khusus dalam menggunakannya.
Cangkol
Cangkol adalah senjata tradisional yang mirip dengan Canggah, tetapi memiliki perbedaan dalam bentuk mata tombaknya. Mata tombak Cangkol menyerupai kudha trancang, yang dapat digunakan untuk mengait leher lawan. Di masa lalu, Cangkol digunakan untuk menangkap perampok, pencuri, dan penjahat lainnya.
Ketika seseorang memegang Cangkol, mereka memiliki kemampuan untuk menahan lawan mereka dengan cepat dengan mengaitkan mata tombak pada leher lawan. Ini adalah senjata yang efektif untuk melumpuhkan lawan dalam pertarungan jarak dekat.
Bandhil
Bandhil adalah senjata yang disebut juga dengan umban pelempar batu. Ada tiga jenis Bandhil, yaitu Brubuh, Jauh, dan Lepas. Bandhil Brubuh digunakan dalam pertempuran jarak dekat. Senjata ini terdiri dari tali yang terbuat dari besi dan peluru yang juga terbuat dari besi. Bandhil Jauh memiliki konstruksi serupa dengan Bandhil Brubuh, namun talinya terbuat dari anyaman serat-serat yang kuat, sementara pelurunya tetap terbuat dari besi.
Bandhil Lepas mirip dengan Bandhil Brubuh dan Jauh, tetapi perbedaannya terletak pada tali yang terbuat dari tampar dan peluru yang terbuat dari batu. Bandhil Lepas dapat digunakan dalam pertempuran baik jarak jauh maupun jarak dekat. Dengan menguasai senjata ini, pemiliknya dapat menghancurkan musuh dari kejauhan atau dengan cepat menghadapi mereka dalam pertempuran jarak dekat.
Tulup
Tulup adalah alat yang digunakan untuk berburu. Alat ini terbuat dari bambu kecil dan agak panjang. Penggunaannya melibatkan meniup lubang bambu, yang kemudian akan meluncurkan peluru yang terbuat dari tanah liat atau buah kecil menuju sasaran. Senjata ini sangat efektif dalam berburu dan telah digunakan oleh masyarakat DIY dalam tradisi berburu mereka.
Senjata serupa dengan Tulup juga ditemukan di daerah lain, seperti Jawa Tengah dan Kalimantan Barat, yang menunjukkan bahwa alat ini memiliki peran penting dalam sejarah dan budaya nusantara.
Plintheng
Plintheng adalah alat lain yang digunakan untuk berburu binatang. Alat ini terdiri dari pegangan yang terbuat dari kayu, yang terhubung dengan tali yang terbuat dari karet. Plintheng biasanya disebut juga dengan nama ketepel atau katepel oleh masyarakat Indonesia.
Dalam penggunaannya, pegangan kayu diayun dan tali karet dilepaskan untuk melemparkan peluru atau proyektil ke arah target. Plintheng adalah alat yang digunakan untuk berburu binatang dengan cara yang lebih tradisional. Keahlian menggunakan Plintheng merupakan bagian penting dari warisan budaya masyarakat DIY.
Demikianlah sejumlah senjata tradisional yang unik dan bersejarah yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta. Meskipun mungkin tidak lagi digunakan dalam pertempuran modern, senjata-senjata ini tetap memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi. Mereka mencerminkan warisan kaya dari masa lalu dan menjadi bagian integral dari identitas dan kebanggaan masyarakat DIY.
Dalam dunia yang terus berubah, penting untuk tetap menghormati dan melestarikan warisan budaya yang berharga ini agar dapat diteruskan kepada generasi mendatang. Semoga pengetahuan tentang senjata-senjata ini telah menambah pemahaman kita tentang keunikan budaya Nusantara, khususnya senjata tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yuk, rencanakan liburan ke Yogyakarta dan pelajari lebih lanjut tentang senjata tradisional Yogyakarta. Jangan lupa untuk membeli bakpia kukus Tugu Jogja sebagai oleh-oleh. Bakpia kukus Tugu Jogja merupakan salah satu oleh-oleh khas Yogyakarta yang paling populer. Bakpia ini memiliki rasa yang lezat dan tekstur yang lembut.